A. Tentang Socrates
Socrates
Menurut sejarah kelahiran istilahnya, filsafat terwujud sebagai sikap yang ditauladankan oleh Socrates. Yaitu sikap seorang yang cinta kebijaksanaan yang mendorong pikiran seseorang untuk terus menerus maju dan mencari kepuasan pikiran, tidak merasa dirinya ahli, tidak menyerah kepada kemalasan, terus menerus mengembangkan penalarannya untuk mendapatkan kebenaran (Soeparmo, 1984).
Timbulnya filsafat karena manusia merasa kagum dan merasa heran. Pada tahap awalnya kekaguman atau keheranan itu terarah pada gejala-gejala alam. Dalam perkembangan lebih lanjut, karena persoalan manusia makin kompleks, maka tidak semuanya dapat dijawab oleh filsafat secara memuaskan. Jawaban yang diperoleh menurut Koento Wibisono dkk. (1997), dengan melakukan refleksi yaitu berpikir tentang pikirannya sendiri. Dengan demikian, tidak semua persoalan itu harus persoalan filsafat.
Perubahan jalan pikiran dalam filosofi tidak terjadi sekoyong-koyong. Hal tersebut timbul dengan adanya Filosofi Klasik Yunani. Aliran shopisme mulai mengubah pandangan filosofi dari ke cosmos ke manusia sebagai makhluk yang berpengetahuan.
Zaman klasik bermula dari Socrates tetapi Socrates belum sampai pada suatu sistem filosof yang memberikan nama klasik kepda filosofi itu. Ia baru membuka jalan. Socrates baru mencapai kebenaran ia belum sampai menegakkan suatu sistem pandangan tujuannya terbatas hingga mencari dasar yang baru dan kuat bagi kebenaran dan moral. Ajaran ini baru dibangun oleh Plato dan Aristoteles.
Socrates lahir di Athena pada tahun 470 SM dan meninggal pada tahun 399 SM bapaknya tukang pembuat patung dan ibunya bidan. Pada permulaannya socraters mau menuruti jejak bapaknya tetapi ia berganti haluan dari membentuk batu menjadi patung menjadi membentuk watak manusia.
Sokrates adalah ahli filsafat Yunani yang diakui sebagai guru moral terbesar di dunia hingga saat ini. Socrates mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan filsafat di barat, karena Socrates merupakan filusuf pertama yang memulai filsafatnya dengan mengandalkan sepenuhnya rasio atau akal budi manusia dan meninggalkan jauh mitis yang saat itu mulai ditinggalkan oleh bangsa Yunani. Ia adalah salah satu dari ketiga orang yang sangat berperan dalam meletakan dasar-dasar peradaban barat. Kedua orang lainnya tersebut adalah Aristoteles dan Plato yang tidak lain adalah muridnya. Sementara itu, Aristoteles adalah murid Plato.
Menurut beberapa sumber yang dapat dipercaya diperoleh informasi bahwa Socrates adalah murid dari Arkhelaos yaitu seorang filusuf pengganti Anaxagoras, dan ia juga membaca karya-karya Anaxagoras karena ia tertarik pada ajaran nus yang nantinya ia juga kecewa akan isis ajarannya. Dari filusuf-filusuf alam ini ia kemudian berbalik mencari jalan filsafatnya sendiri.
Socrates adalah seorang yang bertubuh kuat namun berwajah buruk bahkan dicoba digambarkan keburukan wajah Socrates yang disamakan dengan Satyros yang dalam mitologi Yunani adalah mahluk yang setengah berupa hewan dan setengah berupa manusia, namun disatu sisi digambarkan juga kekuatan fisiknya dimana Socrates selalu memakai mantel yang sama disaat musim dingin dan panas, dan ia selalu bertelanjang kaki, Socrates tahu bagaimana cara mengendalikan dirinya sehingga ia luput dari segala kebutuhan insani. Kata sofis Antiphon tentang cara hidup Socrates, “ Seorang budak yang dipaksa untuk hidup begitu, pasti akan melarikan diri”. karena kekuatan fisik itulah tidak mengherankan apabila ia bisa bergabung dalam kemiliteran dan masuk dalam Hoplites, yaitu suatu bentuk pasukan infanteri, dan pada masa itu persenjataan yang merawat adalah tentara itu sendiri sehingga yang menjadi tentara adalah mereka-mereka yang mampu saja. Dengan menjadi tentara inilah Socrates sempat 3 kali meninggalkan kota Athena untuk berperang, dan menurut beberapa sumber memang hanya 3 kali inilah Socrates meninggalkan Athena.
Socrates sempat menikah dengan seorang wanita yang bernama Xantippe, ia seorang yang toranik dan Socrates sering di marahinya karena gaya hidup yang teramat sederhana dan terkesan tidak memperhatikan keluarganya. Socrates mempunyai 3 orang anak laki-laki dari perkawinannya itu dan 2 aanak masih dalam usia muda saat ia meninggal dunia.
Pada usia 70 tahun ia diajukan ke sidang karena dianggap membahayakan penduduk Athena. Ia dituduh tidak percaya pada allah-allah yang diakui oleh polis dan mengintrodusir praktek-praktek religius baru, ia juga bersalah karena ia mempunyai pengaruh yang kurang baik atau kaum muda. Dan akhirnya Socrates meninggal karena ia dihukum mati dengan meminum secawan racun, demi mempertahankan pendiriannya yang tidak ingin meninggalkan Athena seperti yang dilakukan kaum sofis.
Sayangnya kita tidak bisa menemukan karya asli dari Socrates karena memang Socrates tidak pernah menuliskan ajarannya, karya-karya yang beredar saat ini adalah tulisan dari beberapa muridnya yang bisa di percaya kebenarannya diantaranya ditulis oleh Aristophanes yang seorang pengarang cerita komedi, Xenophon, Plato yang merupakan murid setianya, dan Aristoteles.
B. Ajaran-ajaran Socrates
Ajaran-ajaran Socrates sebenarnya merupakan kritik terhadap kaum sofis, dimana mereka mengajarkan kebijakan pada banyak orang baik didalam Athena maupun di luar kota Athena, namun dengan memungut bayaran. Yang kaum Sofis ajarkan kebantanya retorika dan kebanyakan dari mereka orangnya angkuh karena mereka merasa mereka lah orang yang paling bijaksana dan merekalah orag yang maha tahu, dan kaum sofis mengatakan kebenaran berlaku relatif.
Socrates membantah itu semua, ia mengatakan pasti ada kebenaran yang sifatnya obyektif, dan ia lebih memusatkan perhatian pada tingkah laku manusia, bahkan ada seorang yang mengatakan Socrates telah membawa filsafat dari langit turun ke bumi, ini didasarkan atas ajarannya yang menjadikan filsafat memperhatikan manusia bukan alam semesta.
Cara yang dilakukannya adalah dengan metode dialektika yaitu melakukan dialog dengan siapa saj ayang ditemuinya dan Socrates bertanya tentang segala hal yang menyangkut khidupan manusia bahkan pertanyaannya terkadang mudah namun sulit untuk dijawab oleh beberapa orang, terkadang ia mengungkapkan pertanyaan dengan humor yang terkesan tidak serius. Dalam mencari kebenaran ia tidak memikir sendiri melainkan setiap kali ia berdua dengan orang lain dengan jalan tanya jawab dan metodenya disebut maieutik. Menguraikan seolah-olah menyerupai pekerjaan ibunya sebagai dukun beranak.
Socrates mencari pengertian yaitu bentuk yang tetap daripada sesuatunya sebab itu ia selalu bertanya: apa itu? Apa yang dikatakan berani apa yang disebut indah, apa yang bernama adil? Pertanyaan tentang “apa itu” harus lebih dahulu daripada “apa sebab”. Hal ini sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Anak kecilpun mulai bertanya dengan “apa itu”. Oleh Karena jawab tentang itu “apa itu” hrus dicari dengan Tanya jawab yang makin meningkat dan mendalam, maka Socrates diakui pula sejak keterangan Aristoteles sebagai pembangun dialektik pengetahuan.
Socrates sebenarnya ingin memperkenalkan metodenya ini dengan nama maieutike tekhne atau dapat diartikan sebagai seni kebidanan. Yang dimaksud Socrates disini adalah membidani jiwa, karena ia percaya bahwa setiap orang telah mempunyai pengetahuan semu yang didapat dari ilham yang disampaikan oleh roh atau pertanda ilahi (daimonion semeion), namun biasanya manusia tidak menyadarinya, dan tugasnyalah untuk menyedarkan mereka akan pengetahuan semua itu sehingga yang tadinya pengetahuan bersifat semua menjadi pengetahuan yang nyata dan disadari. Pada perkembangannya Plato yang merupkana muris Socrates akan terpengaruh dengan ajaran ini dalam memandang teori 2 dunianya, dimana Plato berpendapat bahwa manusia sudah mempunyai pengetahuan dari dunia idea dan tugas seorang guru adalah untuk mengingatkannya kembali pengetahuan yang telah didapatkannya di dunai idea.
Mengapa pengetahuan begitu penting bagi Socrates ?, karena pengetahuan itu mempengaruhi manusia dalam bertindak, ia mengatakan bahwa pengetahuan adalah keutamaan (arete) dan keutamaan atau kebijakan ini merupakan sarana utama untuk mencapai kebahagiaan jiwa (eudaimonia). Socrates mengatakan bahwa kebahagiaan terutama kebahagiaan jiwa merupakan tujuan utama kehidupan manusia, selain itu juga jiwa merupakan inti sari dari manusia.
Dalam menerapkan metode maieutike tekhene ini Socrates bertujuan ingin menemukan hakekat atau inti sari dari segala sesuata yang ada disekelilingnya, terkadang dalam mencari pengetahuan itu ia bertindak sebagai orang yang tidak tahu, Plato menamakan ketidaktahuan Socrates ini sebagai ironi (eironeia)
Langkah yang biasa di lakukan Socrates adalah dengan melakukan dialog dengan orang yang ditemuainya biasanya di pasar atau di gymnasium, disana ia melakukan percakapan yang segar tidak terduga, sangat tenang dan sederhana bahkan terkadang diselingi oleh humor. Socrates biasanya mengawali dengan mengajukan pertanyaan tentang suatu hal yang ia tidak tahu, ia meminta orang untuk merumuskannya dan rumusan pertama yang ia temui ia jadikan hipotesa yang harus ia uji dengan mengajukan beberapa pertanyaan. Sering kali pendapat yang diberikan saling bertentangan, Socrates menguji dengan cross-examination dengan membandingkan jawaban dan perkataan. Proses ini dinamakan elenkhos. Setelah didapatkan jawaban yang berbelit-belit dan beraneka ragam ia mencoba melakukan induksi. Ia mencoba membandingkan, membersihkan, menyisihkan dan menolak dan berusaha membuat generalisasi dan merumuskan pengertian yang umum berupa definisi yang tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit.
Proses ini lah yang dilakukan Socrates dalam mengungkapkan pengetahuan orang agar mereka sadar bahwa mereka memunyai pengetahuan itu di dalam otaknya yang mereka tidak sadari keberadaannya, sehingga Socrates tidak sepenuhnya menyalahkan apabila seseorang melakukan kesalahan karena bisa jadi mereka tidak mmempunyai pengetahuan tentang yang benar.
C. Etik Socrates
Budi ialah tahu. Inilah intisari daripada etiknya. Orang yang berpengetahuan dengan sendirinya berbudi baik. Paham etiknya itu kelanjutan daripada metodenya. Induksi dan definisi menuju kepada pengetahuan yang berdasarkan pengertian dari mengerti beserta keinsyafan moril tidak boleh tidak mesti timbul budi. Oleh karena itu badi adalah tahu, maka siapa yang tahu akan kebaikan dengan sendirinya terpaksa berbuat baik.
Dari pandangan etik yang rasionil itu Socrates sampai kepada sikap hidup yang penuh dengan rasa keagamaan. Sering pula dikemukakannya bahwa Tuhan itu dirasai sebagai suara dari dalam yang menjadi bimbingan baginya dalam segala perbuatannya. Itulah yan disebut daimonion dansemua orang yang mendengarkan suara daimonion itu dari dalam jiwanya apabila ia mau.
D. Murid-Murid Socrates
Diantara murid-murid Socrates ada tiga orang yang mengaku meneruskan pelajarannya yaitu Euklides, Antisthenes dan Arisrippos. Sungguhpun ketiga murid tersebut mendirikan sekolah Socrates sebagai tanda cintanya kepada gurunya. Murid Socrates yang sebenarnya ialah Plato.
E. Pemikiran Filsfat Socrates (K. Bertens)
Ajaran bahwa semua kebenaran itu relatif telah menggoyahkan teori-teori sains yang telah mapan mengguncangkan keyakinan agama. Inilah yang menyebabkan kebingungan dan kekacauan dalam kehidupan. Inilah sebabnya Socrates harus bangkit ia harus meyakinkan orang Athena bahwa tidak semua kebenaran yang umum yang dapat dipegang oleh semua orang. Sebagian kebenaran memang relatif tetapi tidak semuanya. Sayangnya Socrates tidak meninggalkan tulisan. Ajaran kita proleh dari tulisan-tulisan muridnya terutama plato, kehidupan Socrates (470-399 SM)berada ditengah-tengah keruntuhan imperium Athena. Tahun terakhir hidupnya sempat menyaksikan keruntuhan Athena oleh kehancuran orang-orang Oligarki dan orang-orang Demokratis.
Pemuda-pemuda Athena pada masa ini dipimpin oleh doktrin relatifisme dari kaum sophis sedangkan Socrates adalah seorang penganut moral yang absolute dan meyakini bahwa menegakkan moral merupakan tugas filosof, yng berdasarkan idea-idea rasional dan keahlian dalam pengetahuan.
Bertens (1975; 85-92) menjelaskan ajaran Socrates sebagai beikut ini. Ajaran ini ditujukan untuk menentang ajaran relatifisme sophis. Ia ingin menegakkan sains dengan agama. Socrates memulai filsafatnya dengan bertolak dari penglaman sehari-hari akan tetapi ada perbedaan yang sangat penting antara sophis dan Socrates; Socrates tidak menyetujui relafisme kaum sophis.
Menurut pendapat Socrates ada kebenaran obyektif yang tidak bergantung pada diri kita sendiri untuk membuktikan adanya kebenaran yang obyektif, Socrates menggunakan metode tertentu. Metode itu bersifat praktis dan dijalankan melalui percakapan-percakapan dan menganalisis pendapat-pendapat. Metode yang digunakan Socrates biasanya disebut dialektika dari kata kerja Yunani dialegesthai yang berarti bercakap-cakap atau berdialog yang mempunyai peran penting didalamnya.
Didalam traktatnya tentang metafisika, Aristoteles memberikan catatan metode tentang Socrates ini. Ada dua penemuan keduanya berkenaan dengan dasar pengetahuan. Yang pertama ialah Socrates menemukan induksi dan yang kedua ia menemukan definisi. Dalm logikanya Aristoteles menggunakan istilah induksi tatkala pemikiran bertolak dari pengetahuan yang khusus lalu menyimpulkan yang umum itu dilakukan Socrates ia bertolak dari contoh-contoh konkrit dan dari situ ia menyimpulkan pengertian yang umum. Misalnya keutmaan (arĂȘte) dari usaha ini Socrates menemukan defines, penemuaanya yang erat dengan pertemuan pertama tadi, karena definisi ini diproleh dengan jalan mengadakan induksi itu. Orang sophis beranggapan bahwa semua pengetahuan adalah relatif kebenarannya, tidak ada pengetahuan yang bersifat umum. Dengan definisi itu Socrates dapat membuktikan kepada orang sophis bahwa pengetahuan umum itu ada yaitu definisi itu. Jadi orang sophis tidak seluruhnya benar yang benar ialah sebagian pengetahuan bersifat umum dan sebagian bersifat khusus itulah pengetahuan yang kebenaran relatif.
Dengan mengajukan definisi itu Socrates telah dapat menghentikan laju dominasi relatifisme kaum sophis. Jadi kita bukan hidup tanpa pegangan, kebenaran sains dan agama dapat dipegang bersama sebagianya dan diperselisihkan sebagiannya dan orang Athena mulai kembali memegang kaidah sains dan kaidah agama mereka.
Plato memperkokohkan tesis Socrates itu, ia mengatakan kebenaran umum itu memang ada. Ia bukan dicari dengan induksi seperti pada Socrates melainkan telah ada disana didalam idea. Kubu Socrates semakin kuat. Orang sophis semakin kehabisan pengikut. Ajaran bahwa kebenaran itu relatif semakin ditinggalkan Socrates dituduh merusak mental pemuda dan menolak tuhan-tuhan. Socrates diadili oleh hakim Athena. Disana ia mengatakan pembelaan panjang lebar yang ditulis oleh muridnya, Plato dibawah judul Aphologia (pembelaan). Dalam pembelaan itu ia menjelaskan ajaran-ajarannya, seolah-olah ia mengajari semua orang yang hadir dipengadilan it. Socrates dinyatakan bersalah ia dijatuhi hukum mati.
Didalam dialog yang berjudul Phaidon, Plato menceritakan percakapan Socrates dengan para muridnya pada hari terakhir hidupnya. Sekalipun Socrates telah tiada ajarannya tersebar justru dengan cepat karena kematiannya itu. Orang mulai mempercayai adanya kebenaran umum.
F. Kematian Socrates
Socrates percaya akan gagasan mengenai gaya tunggal dan transenden yang ada di balik pergerakan alam ini. Dengan demikian, Socrates memiliki pandangan yang bertentangan dengan kepercayaan umum masyarakat Yunani saat itu, yaitu kepercayaan pada kuil (oracle) dari dewa-dewa.
Pandangan yang ia bawa tersebut akhirnya membuatnya dipenjara dengan tuduhan merusak ahlak pemuda-pemuda Athena. Pengadilan dan cobaan yang dialaminya digambarkan dalam catatan Apology oleh Plato, sedangkan serangkaian percakapannya dengan para siswanya ketika ia dipenjara digambarkan dalam Phaedo, juga oleh Plato. Bagaimanapun, Socrates dinyatakan bersalah dan ia ditawarkan untuk bunuh diri dengan meminum racun. Penawaran tersebut diterimanya dengan tenang, meskipun para siswanya telah berulangkali membujuknya untuk melarikan diri. Menurut Phaedo, Socrates meninggal dengan tenang dengan dikelilingi oleh kawan-kawan dan siswanya.
G. Kesimpulan
Socrates seorang yang sederhana dan tabiatnya berjalan disekeliling kota, mempelajari tingkah laku manusia dari berbagai segi hidupnya. Socrates tidak pernah menuliskan filosofinya. Jika diperhatikan malahan ia tidak mengajarkan filosofi melainkan hidup berfilosofi. Socrates mencari pengertian yaitu bentuk yang tetap daripada sesuatunya.
Bertens (1975; 85-92) menjelaskan ajaran Socrates sebagai beikut ini. Ajaran ini ditujukan untuk menentang ajaran relatifisme sophis. Ia ingin menegakkan sains dengan agama. Ada perbedaan yang sangat penting antara sophis dan Socrates; Socrates tidak menyetujui relatifisme kaum sophis. Orang sophis beranggapan bahwa semua pengetahuan adalah relatif kebenarannya tidak ada pengetahuan yang bersifat umum.