Selasa, 29 Desember 2009

SOCRATES

A. Tentang Socrates

Socrates

Socrates

Menurut sejarah kelahiran istilahnya, filsafat terwujud sebagai sikap yang ditauladankan oleh Socrates. Yaitu sikap seorang yang cinta kebijaksanaan yang mendorong pikiran seseorang untuk terus menerus maju dan mencari kepuasan pikiran, tidak merasa dirinya ahli, tidak menyerah kepada kemalasan, terus menerus mengembangkan penalarannya untuk mendapatkan kebenaran (Soeparmo, 1984).

Timbulnya filsafat karena manusia merasa kagum dan merasa heran. Pada tahap awalnya kekaguman atau keheranan itu terarah pada gejala-gejala alam. Dalam perkembangan lebih lanjut, karena persoalan manusia makin kompleks, maka tidak semuanya dapat dijawab oleh filsafat secara memuaskan. Jawaban yang diperoleh menurut Koento Wibisono dkk. (1997), dengan melakukan refleksi yaitu berpikir tentang pikirannya sendiri. Dengan demikian, tidak semua persoalan itu harus persoalan filsafat.

Perubahan jalan pikiran dalam filosofi tidak terjadi sekoyong-koyong. Hal tersebut timbul dengan adanya Filosofi Klasik Yunani. Aliran shopisme mulai mengubah pandangan filosofi dari ke cosmos ke manusia sebagai makhluk yang berpengetahuan.
Zaman klasik bermula dari Socrates tetapi Socrates belum sampai pada suatu sistem filosof yang memberikan nama klasik kepda filosofi itu. Ia baru membuka jalan. Socrates baru mencapai kebenaran ia belum sampai menegakkan suatu sistem pandangan tujuannya terbatas hingga mencari dasar yang baru dan kuat bagi kebenaran dan moral. Ajaran ini baru dibangun oleh Plato dan Aristoteles.

Socrates lahir di Athena pada tahun 470 SM dan meninggal pada tahun 399 SM bapaknya tukang pembuat patung dan ibunya bidan. Pada permulaannya socraters mau menuruti jejak bapaknya tetapi ia berganti haluan dari membentuk batu menjadi patung menjadi membentuk watak manusia.

Sokrates adalah ahli filsafat Yunani yang diakui sebagai guru moral terbesar di dunia hingga saat ini. Socrates mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan filsafat di barat, karena Socrates merupakan filusuf pertama yang memulai filsafatnya dengan mengandalkan sepenuhnya rasio atau akal budi manusia dan meninggalkan jauh mitis yang saat itu mulai ditinggalkan oleh bangsa Yunani. Ia adalah salah satu dari ketiga orang yang sangat berperan dalam meletakan dasar-dasar peradaban barat. Kedua orang lainnya tersebut adalah Aristoteles dan Plato yang tidak lain adalah muridnya. Sementara itu, Aristoteles adalah murid Plato.

Menurut beberapa sumber yang dapat dipercaya diperoleh informasi bahwa Socrates adalah murid dari Arkhelaos yaitu seorang filusuf pengganti Anaxagoras, dan ia juga membaca karya-karya Anaxagoras karena ia tertarik pada ajaran nus yang nantinya ia juga kecewa akan isis ajarannya. Dari filusuf-filusuf alam ini ia kemudian berbalik mencari jalan filsafatnya sendiri.

Socrates adalah seorang yang bertubuh kuat namun berwajah buruk bahkan dicoba digambarkan keburukan wajah Socrates yang disamakan dengan Satyros yang dalam mitologi Yunani adalah mahluk yang setengah berupa hewan dan setengah berupa manusia, namun disatu sisi digambarkan juga kekuatan fisiknya dimana Socrates selalu memakai mantel yang sama disaat musim dingin dan panas, dan ia selalu bertelanjang kaki, Socrates tahu bagaimana cara mengendalikan dirinya sehingga ia luput dari segala kebutuhan insani. Kata sofis Antiphon tentang cara hidup Socrates, “ Seorang budak yang dipaksa untuk hidup begitu, pasti akan melarikan diri”. karena kekuatan fisik itulah tidak mengherankan apabila ia bisa bergabung dalam kemiliteran dan masuk dalam Hoplites, yaitu suatu bentuk pasukan infanteri, dan pada masa itu persenjataan yang merawat adalah tentara itu sendiri sehingga yang menjadi tentara adalah mereka-mereka yang mampu saja. Dengan menjadi tentara inilah Socrates sempat 3 kali meninggalkan kota Athena untuk berperang, dan menurut beberapa sumber memang hanya 3 kali inilah Socrates meninggalkan Athena.

Socrates sempat menikah dengan seorang wanita yang bernama Xantippe, ia seorang yang toranik dan Socrates sering di marahinya karena gaya hidup yang teramat sederhana dan terkesan tidak memperhatikan keluarganya. Socrates mempunyai 3 orang anak laki-laki dari perkawinannya itu dan 2 aanak masih dalam usia muda saat ia meninggal dunia.

Pada usia 70 tahun ia diajukan ke sidang karena dianggap membahayakan penduduk Athena. Ia dituduh tidak percaya pada allah-allah yang diakui oleh polis dan mengintrodusir praktek-praktek religius baru, ia juga bersalah karena ia mempunyai pengaruh yang kurang baik atau kaum muda. Dan akhirnya Socrates meninggal karena ia dihukum mati dengan meminum secawan racun, demi mempertahankan pendiriannya yang tidak ingin meninggalkan Athena seperti yang dilakukan kaum sofis.

Sayangnya kita tidak bisa menemukan karya asli dari Socrates karena memang Socrates tidak pernah menuliskan ajarannya, karya-karya yang beredar saat ini adalah tulisan dari beberapa muridnya yang bisa di percaya kebenarannya diantaranya ditulis oleh Aristophanes yang seorang pengarang cerita komedi, Xenophon, Plato yang merupakan murid setianya, dan Aristoteles.

B. Ajaran-ajaran Socrates

Ajaran-ajaran Socrates sebenarnya merupakan kritik terhadap kaum sofis, dimana mereka mengajarkan kebijakan pada banyak orang baik didalam Athena maupun di luar kota Athena, namun dengan memungut bayaran. Yang kaum Sofis ajarkan kebantanya retorika dan kebanyakan dari mereka orangnya angkuh karena mereka merasa mereka lah orang yang paling bijaksana dan merekalah orag yang maha tahu, dan kaum sofis mengatakan kebenaran berlaku relatif.

Socrates membantah itu semua, ia mengatakan pasti ada kebenaran yang sifatnya obyektif, dan ia lebih memusatkan perhatian pada tingkah laku manusia, bahkan ada seorang yang mengatakan Socrates telah membawa filsafat dari langit turun ke bumi, ini didasarkan atas ajarannya yang menjadikan filsafat memperhatikan manusia bukan alam semesta.

Cara yang dilakukannya adalah dengan metode dialektika yaitu melakukan dialog dengan siapa saj ayang ditemuinya dan Socrates bertanya tentang segala hal yang menyangkut khidupan manusia bahkan pertanyaannya terkadang mudah namun sulit untuk dijawab oleh beberapa orang, terkadang ia mengungkapkan pertanyaan dengan humor yang terkesan tidak serius. Dalam mencari kebenaran ia tidak memikir sendiri melainkan setiap kali ia berdua dengan orang lain dengan jalan tanya jawab dan metodenya disebut maieutik. Menguraikan seolah-olah menyerupai pekerjaan ibunya sebagai dukun beranak.
Socrates mencari pengertian yaitu bentuk yang tetap daripada sesuatunya sebab itu ia selalu bertanya: apa itu? Apa yang dikatakan berani apa yang disebut indah, apa yang bernama adil? Pertanyaan tentang “apa itu” harus lebih dahulu daripada “apa sebab”. Hal ini sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Anak kecilpun mulai bertanya dengan “apa itu”. Oleh Karena jawab tentang itu “apa itu” hrus dicari dengan Tanya jawab yang makin meningkat dan mendalam, maka Socrates diakui pula sejak keterangan Aristoteles sebagai pembangun dialektik pengetahuan.

Socrates sebenarnya ingin memperkenalkan metodenya ini dengan nama maieutike tekhne atau dapat diartikan sebagai seni kebidanan. Yang dimaksud Socrates disini adalah membidani jiwa, karena ia percaya bahwa setiap orang telah mempunyai pengetahuan semu yang didapat dari ilham yang disampaikan oleh roh atau pertanda ilahi (daimonion semeion), namun biasanya manusia tidak menyadarinya, dan tugasnyalah untuk menyedarkan mereka akan pengetahuan semua itu sehingga yang tadinya pengetahuan bersifat semua menjadi pengetahuan yang nyata dan disadari. Pada perkembangannya Plato yang merupkana muris Socrates akan terpengaruh dengan ajaran ini dalam memandang teori 2 dunianya, dimana Plato berpendapat bahwa manusia sudah mempunyai pengetahuan dari dunia idea dan tugas seorang guru adalah untuk mengingatkannya kembali pengetahuan yang telah didapatkannya di dunai idea.

Mengapa pengetahuan begitu penting bagi Socrates ?, karena pengetahuan itu mempengaruhi manusia dalam bertindak, ia mengatakan bahwa pengetahuan adalah keutamaan (arete) dan keutamaan atau kebijakan ini merupakan sarana utama untuk mencapai kebahagiaan jiwa (eudaimonia). Socrates mengatakan bahwa kebahagiaan terutama kebahagiaan jiwa merupakan tujuan utama kehidupan manusia, selain itu juga jiwa merupakan inti sari dari manusia.

Dalam menerapkan metode maieutike tekhene ini Socrates bertujuan ingin menemukan hakekat atau inti sari dari segala sesuata yang ada disekelilingnya, terkadang dalam mencari pengetahuan itu ia bertindak sebagai orang yang tidak tahu, Plato menamakan ketidaktahuan Socrates ini sebagai ironi (eironeia)

Langkah yang biasa di lakukan Socrates adalah dengan melakukan dialog dengan orang yang ditemuainya biasanya di pasar atau di gymnasium, disana ia melakukan percakapan yang segar tidak terduga, sangat tenang dan sederhana bahkan terkadang diselingi oleh humor. Socrates biasanya mengawali dengan mengajukan pertanyaan tentang suatu hal yang ia tidak tahu, ia meminta orang untuk merumuskannya dan rumusan pertama yang ia temui ia jadikan hipotesa yang harus ia uji dengan mengajukan beberapa pertanyaan. Sering kali pendapat yang diberikan saling bertentangan, Socrates menguji dengan cross-examination dengan membandingkan jawaban dan perkataan. Proses ini dinamakan elenkhos. Setelah didapatkan jawaban yang berbelit-belit dan beraneka ragam ia mencoba melakukan induksi. Ia mencoba membandingkan, membersihkan, menyisihkan dan menolak dan berusaha membuat generalisasi dan merumuskan pengertian yang umum berupa definisi yang tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit.

Proses ini lah yang dilakukan Socrates dalam mengungkapkan pengetahuan orang agar mereka sadar bahwa mereka memunyai pengetahuan itu di dalam otaknya yang mereka tidak sadari keberadaannya, sehingga Socrates tidak sepenuhnya menyalahkan apabila seseorang melakukan kesalahan karena bisa jadi mereka tidak mmempunyai pengetahuan tentang yang benar.

C. Etik Socrates

Budi ialah tahu. Inilah intisari daripada etiknya. Orang yang berpengetahuan dengan sendirinya berbudi baik. Paham etiknya itu kelanjutan daripada metodenya. Induksi dan definisi menuju kepada pengetahuan yang berdasarkan pengertian dari mengerti beserta keinsyafan moril tidak boleh tidak mesti timbul budi. Oleh karena itu badi adalah tahu, maka siapa yang tahu akan kebaikan dengan sendirinya terpaksa berbuat baik.
Dari pandangan etik yang rasionil itu Socrates sampai kepada sikap hidup yang penuh dengan rasa keagamaan. Sering pula dikemukakannya bahwa Tuhan itu dirasai sebagai suara dari dalam yang menjadi bimbingan baginya dalam segala perbuatannya. Itulah yan disebut daimonion dansemua orang yang mendengarkan suara daimonion itu dari dalam jiwanya apabila ia mau.

D. Murid-Murid Socrates

Diantara murid-murid Socrates ada tiga orang yang mengaku meneruskan pelajarannya yaitu Euklides, Antisthenes dan Arisrippos. Sungguhpun ketiga murid tersebut mendirikan sekolah Socrates sebagai tanda cintanya kepada gurunya. Murid Socrates yang sebenarnya ialah Plato.

E. Pemikiran Filsfat Socrates (K. Bertens)

Ajaran bahwa semua kebenaran itu relatif telah menggoyahkan teori-teori sains yang telah mapan mengguncangkan keyakinan agama. Inilah yang menyebabkan kebingungan dan kekacauan dalam kehidupan. Inilah sebabnya Socrates harus bangkit ia harus meyakinkan orang Athena bahwa tidak semua kebenaran yang umum yang dapat dipegang oleh semua orang. Sebagian kebenaran memang relatif tetapi tidak semuanya. Sayangnya Socrates tidak meninggalkan tulisan. Ajaran kita proleh dari tulisan-tulisan muridnya terutama plato, kehidupan Socrates (470-399 SM)berada ditengah-tengah keruntuhan imperium Athena. Tahun terakhir hidupnya sempat menyaksikan keruntuhan Athena oleh kehancuran orang-orang Oligarki dan orang-orang Demokratis.

Pemuda-pemuda Athena pada masa ini dipimpin oleh doktrin relatifisme dari kaum sophis sedangkan Socrates adalah seorang penganut moral yang absolute dan meyakini bahwa menegakkan moral merupakan tugas filosof, yng berdasarkan idea-idea rasional dan keahlian dalam pengetahuan.

Bertens (1975; 85-92) menjelaskan ajaran Socrates sebagai beikut ini. Ajaran ini ditujukan untuk menentang ajaran relatifisme sophis. Ia ingin menegakkan sains dengan agama. Socrates memulai filsafatnya dengan bertolak dari penglaman sehari-hari akan tetapi ada perbedaan yang sangat penting antara sophis dan Socrates; Socrates tidak menyetujui relafisme kaum sophis.

Menurut pendapat Socrates ada kebenaran obyektif yang tidak bergantung pada diri kita sendiri untuk membuktikan adanya kebenaran yang obyektif, Socrates menggunakan metode tertentu. Metode itu bersifat praktis dan dijalankan melalui percakapan-percakapan dan menganalisis pendapat-pendapat. Metode yang digunakan Socrates biasanya disebut dialektika dari kata kerja Yunani dialegesthai yang berarti bercakap-cakap atau berdialog yang mempunyai peran penting didalamnya.

Didalam traktatnya tentang metafisika, Aristoteles memberikan catatan metode tentang Socrates ini. Ada dua penemuan keduanya berkenaan dengan dasar pengetahuan. Yang pertama ialah Socrates menemukan induksi dan yang kedua ia menemukan definisi. Dalm logikanya Aristoteles menggunakan istilah induksi tatkala pemikiran bertolak dari pengetahuan yang khusus lalu menyimpulkan yang umum itu dilakukan Socrates ia bertolak dari contoh-contoh konkrit dan dari situ ia menyimpulkan pengertian yang umum. Misalnya keutmaan (arĂȘte) dari usaha ini Socrates menemukan defines, penemuaanya yang erat dengan pertemuan pertama tadi, karena definisi ini diproleh dengan jalan mengadakan induksi itu. Orang sophis beranggapan bahwa semua pengetahuan adalah relatif kebenarannya, tidak ada pengetahuan yang bersifat umum. Dengan definisi itu Socrates dapat membuktikan kepada orang sophis bahwa pengetahuan umum itu ada yaitu definisi itu. Jadi orang sophis tidak seluruhnya benar yang benar ialah sebagian pengetahuan bersifat umum dan sebagian bersifat khusus itulah pengetahuan yang kebenaran relatif.

Dengan mengajukan definisi itu Socrates telah dapat menghentikan laju dominasi relatifisme kaum sophis. Jadi kita bukan hidup tanpa pegangan, kebenaran sains dan agama dapat dipegang bersama sebagianya dan diperselisihkan sebagiannya dan orang Athena mulai kembali memegang kaidah sains dan kaidah agama mereka.

Plato memperkokohkan tesis Socrates itu, ia mengatakan kebenaran umum itu memang ada. Ia bukan dicari dengan induksi seperti pada Socrates melainkan telah ada disana didalam idea. Kubu Socrates semakin kuat. Orang sophis semakin kehabisan pengikut. Ajaran bahwa kebenaran itu relatif semakin ditinggalkan Socrates dituduh merusak mental pemuda dan menolak tuhan-tuhan. Socrates diadili oleh hakim Athena. Disana ia mengatakan pembelaan panjang lebar yang ditulis oleh muridnya, Plato dibawah judul Aphologia (pembelaan). Dalam pembelaan itu ia menjelaskan ajaran-ajarannya, seolah-olah ia mengajari semua orang yang hadir dipengadilan it. Socrates dinyatakan bersalah ia dijatuhi hukum mati.

Didalam dialog yang berjudul Phaidon, Plato menceritakan percakapan Socrates dengan para muridnya pada hari terakhir hidupnya. Sekalipun Socrates telah tiada ajarannya tersebar justru dengan cepat karena kematiannya itu. Orang mulai mempercayai adanya kebenaran umum.

F. Kematian Socrates

Socrates percaya akan gagasan mengenai gaya tunggal dan transenden yang ada di balik pergerakan alam ini. Dengan demikian, Socrates memiliki pandangan yang bertentangan dengan kepercayaan umum masyarakat Yunani saat itu, yaitu kepercayaan pada kuil (oracle) dari dewa-dewa.

Pandangan yang ia bawa tersebut akhirnya membuatnya dipenjara dengan tuduhan merusak ahlak pemuda-pemuda Athena. Pengadilan dan cobaan yang dialaminya digambarkan dalam catatan Apology oleh Plato, sedangkan serangkaian percakapannya dengan para siswanya ketika ia dipenjara digambarkan dalam Phaedo, juga oleh Plato. Bagaimanapun, Socrates dinyatakan bersalah dan ia ditawarkan untuk bunuh diri dengan meminum racun. Penawaran tersebut diterimanya dengan tenang, meskipun para siswanya telah berulangkali membujuknya untuk melarikan diri. Menurut Phaedo, Socrates meninggal dengan tenang dengan dikelilingi oleh kawan-kawan dan siswanya.

G. Kesimpulan

Socrates seorang yang sederhana dan tabiatnya berjalan disekeliling kota, mempelajari tingkah laku manusia dari berbagai segi hidupnya. Socrates tidak pernah menuliskan filosofinya. Jika diperhatikan malahan ia tidak mengajarkan filosofi melainkan hidup berfilosofi. Socrates mencari pengertian yaitu bentuk yang tetap daripada sesuatunya.

Bertens (1975; 85-92) menjelaskan ajaran Socrates sebagai beikut ini. Ajaran ini ditujukan untuk menentang ajaran relatifisme sophis. Ia ingin menegakkan sains dengan agama. Ada perbedaan yang sangat penting antara sophis dan Socrates; Socrates tidak menyetujui relatifisme kaum sophis. Orang sophis beranggapan bahwa semua pengetahuan adalah relatif kebenarannya tidak ada pengetahuan yang bersifat umum.

"Ternyata, Panglima Adalah Sebuah Kata"

Panglima adalah sebuah kata yang mengandung makna yang begitu sangat dasyatnya bahkan lebih dasyat dari bom yang menguncang Nagasaki dan Hirosima yang membuat hancurnya peradaban Jepang sehingga membuat orang tercengang dan terkagum kagum saat kata tersebut di ucapkan.

Panglima di ibaratkan sesuatu yang kokoh dan tinggi menjulang layaknya gunung Himalaya yang sekali pandang membuat orang takjub akan keangunannya

Selain itu kewibawaanya bagaikan candu yang membuat orang terlena akan dirinya, kata-katanya merupakan petuah atau wahyu yang turun dari langit ke tujuh.

Panglima menjadi detak jantung kehidupan dimana dia ada organ yang sangat vital dan bias membuat perubahan yang begitu besar.

Tergambar dalam pikiran panglima adalah seorang manusia tangguh kuat dan cerdas mungkin saja dia adalah manusia setengah dewa, dimana dia berada membawa pengaruh yang begitu besarnya. Dijadikan suatu model yang patut ditiru. Selalu membawa sesuatu yang bermanfaat. Semua orang tahluk dan patuh padanya…

Semua orang bahkan membutuhkannya. Panglima adalah air yang jerni yang banyak dicari orang untuk menghilangkan rasa dahaga.

Bagai angin yang membawa kesejukan.

Panglima bagaikan cahaya terang abadi yang selalu menyinari dunia ini dengan sejuta sinarnya. Memberikan warna pada kehidupan ini. Menjadikan sesuatu yang tak terlihat menjadi terlihat menjadikan sesuatu yang biasa menjadi luar biasa nilainya bagaikan maha karya seni yang tak ternilai harganya yang tak bisa terukur oleh uang

Dengan mantapnya panglima berkata sesuatu yang luar biasa awalnya adalah sesuatu yang biasa yang diolah dengan sungguh – sungguh sehingga nilainya menjadikan dirinya menjadi sesuatu yang begitu luar biasa.

Tanpa lelahnya selalu membuat perubahan yang begitu besarnya. Dengan harapan agar orang orang yang berada di sekelilingnya menjadi orang yang luar biasa

Panglima bagai pena yang menari indah diatas kertas putih. Hanya dengan beberapa goresan membuat kertas putih menjadi maha karya yang sangat indahnya mengalahkan kecantikan para bidadari surga bahkan ratu bidadari yang terkenal dengan kecantikanya merasa begitu iri.

Panglima begitu mulianya dirimu kau tak pernah sedikit pun meminta balas jasa tak terlitas secuilpun dalam benak mu untuk meminta sesuatu untuk membalas segala sesuatu yang kau perbuat. yang kau inginkan hanya sebuah perubahan. Ya... perubahan yang maha dasyat bagaikan seekor ulat bulu yang begitu menjijikan menjadi seekor kupu kupu yang elok rupanya hanyan dengan sebuah proses metamorfosis. Begitulah dengan dunia ini menjadi dunia baru dunia yang penuh dengan orang-orang yang memiliki banyak pengetahuan.

Panglima adalah mahluk setengah dewa tapi dia tak sombong yang dengan begitu angkuhnya menujukan sosok aslinya sebagai manusia setengah dewa malahan dia lebih suka menjelma menjadi seorang yang biasa yaitu menjadi seorang guru ... Ya seorang pengajar yang mungkin saja kita pandang sebelah mata. Seorang manusia biasa yang hanya mempunyai satu mimpi menjadikan murid muridnya menjadi orang yang cerdas. Bermimpi apa yang ada pada dirinya berguna untuk orang disekitarnya. Tak gila penghormatan, pangkat tak gila akan kehidupan yang bagaikan fatamorgana yang menawarkan berjuta juta bahkan beribu-ribu kenikmatan palsu.

Hanya satu misi yang dia emban yaitu memberikan semua ilmu yang ada pada dirinya menjadi obat penawar racun kebodohan. Bagaikan antivirus yang dengan siap siaga mem fixs all virus virus kebodohan.

Guru adalah manusia tanpa balas jasa mungkin kitak tidak begitu menyadari seberapa pentingnya seorang guru. Tapi berkat gurulah kita yang dulunya hanyalah seekor ulat bulu yang begitu memjijikan menjadi kupu kupu yang mempunyai nilai lebih. Yang menciptakan sesuatu yang biasa biasa saja menjadi sesuatu yang luar biasa.

Ya guru bagaikan pelita yang menyinari jalan ku sihingga mata ku benar benar terbuka bahwa dunia ini tidaklah selebar daun talas melainkan sesuatu yang tak bias diukur luasnya.

Guru kau bagaikan sebuah titik yang tak terdefinisikan yang hanya bias kita lihat melalui idealisasi. Yaitu kita hanya dapat beranggapan kau begitu sempurna. Apakah salah kalau dirimu merupakan manusia setengah dewa?

Guru adalah panglima….

Dan panglima adalah seorang guru……

Sebuah kata bias mewakili banyak hal, panglima bisa di presepsikan dengan banyak arti/makna.

Ternyata panglima adalah sebuah kata yang bisa mewakili banyak hal tergantung persepsi dan sudut pandang orang yang memikirkanya. Dan disini panglima di persepsikan sebagai seorang guru , jadi guru adalah sebuah kata. Karena panglima di ibaratkan guru, jadi “ternyata, panglima adalah sebuah kata”

Rabu, 16 Desember 2009

Matematika Menganyam Dunia

Kiranya tak diragukan lagi bahwa matematika merupakan salah satu puncak kegemilangan intelektual. Di samping pengetetahuan mengenai matematika itu sendiri, matematika memberikan bahasa, proses dan teori yang memberikan ilmu suatu bentuk dan kekuasaan. Perhitungan matematika menjadi dasar bagi desain ilmu teknik. Metode matematis memberikan inspirasi kepada pemikiran bidang sosial, ekonomi juga memberikan warna kepada kegiatan seni lukis, arsitektur dan musik. Bahkan dewasa ini, jatuh bangun suatu negara tergantung dari kemajuan di bidang mateamatika. Dapat disimpulkan matematika merupakan salah satu kekuatan utama pembentukan konsepsi tentang alam, serta hakekat dan tujuan manusia dalam berkehidupan.
Ciri utama Matematika ialah metode dalam penalaran (reasoning). Matematika merupakan sumber dari segala sumber ilmu di dunia ini. Matematika digunakan oleh banyak Ilmu di dunia ini. Bisa dikatakan hampir seluruh ilmuan di dunia, dari dulu hingga saat ini menggunakan matematika sebagai sumber atau dasar dari ilmu yang mereka peroleh.

Bagi pythagoras, matematika adalah yang sangat penting untuk memahami filsafat. Ia pun menemukan kenyataan yang menunjukan bahwa fenomena yang berbeda yang berbeda dapat memperlihatkan sifat-sifat matematis yang identik. Oleh karena itu, ia menyimpulkan bahwa sifat-sifat tersebut dapat dilambangkan ke dalam bilangan dan dalam keterhubungan angka-angka. Semboyan Pythagoras yang sangat terkenal adalah panta arithmos yang berarti segala sesuatu adalah bilangan.

Dari hal-hal di atas dapat lihat bahwa matematika menganyam dunia. Di segala bidang ilmu pengetahuan di segala penjuru dunia.

Refferensi : Jujun S. Suriasumantri, 2003 . Ilmu Dalam Perspektif : Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Jumat, 11 Desember 2009

Benar atau Salah, Yang Tertinggi atau Yang Terendah

Benar atau Salah, Yang Tertinggi atau Yang Terendah

Salah dan benar adalah pilihan, ataukah sebuah peraturan? Sekarang kita telusuri apa yang dimaksud dengan ‘Aturan berpikir benar’ yang dibicarakan oleh ‘ilmu logika’ . Sebagaimana sudah dibicarakan sebelumnya, logika bertugas untuk menjaga supaya kita bisa ‘berpikir secara benar’ , pertanyaan nya sekarang adalah, Apakah yang dimaksud dengan BENAR itu? Benar adalah persesuaian proposisi antara pikiran (fikr) dan kenyataan. Nilai dari suatu pernyataan disebut BENAR bila pernyataan itu sesuai dengan fakta kenyataan yang bisa diuji dan ditunjukkan keberlakuannya secara berulang-ulang (repeatable). Sekali saja ditemukan satu keadaan dimana hal itu tidak berlaku, maka pernyataan itu menjadi tidak lagi bernilai Benar alias SALAH.

Manusia bisa membedakan arti benar dan arti salah. Benar berarti tidak melanggar peraturan dan norma yang ada, sedangkan salah berarti melanggar peraturan dan norma yang ada di lingkungan tertentu. Karena setiap tempat memiliki peraturan dan norma yang berbeda. Tapi benar menurut kita bisa salah menurut orang lain. Karena pemikiran kita berbeda. Benar menurut manusia bisa salah menurut ALLAH swt.

Dalam kehidupan ini tentunya kita sadar bahwa ada yang tertinggi dan ada pula yang terendah misalnya dalam suatu struktur organisai yang tertinggi adalah ketua sedangkan yang terendah adalah anggota. Dan juga kita sadar bahwa setinggi-tinggi nya ilmu, jabatan dll yang dimiliki oleh manusia didunia ini sesungguhnya tidak mampu mengalahkan tingginya ilmu, jabatan, dll yang dimiliki oleh Allah SWT. Jadi jelas Tuhan lah yang tertinggi bila di bandingkan dengan mahluk-mahluk lainnya.Nilai kebenaran ilmu pengetahuan itu bersifat positif dalam arti sampai saat sekarang ini dan juga bersifat relatif atau nisbi dalam arti tidaklah mutlak kebenarannya. Kebenaran mutlak milik ALLAH, dan tempatnya salah adalah manusia.

Kutulis kata demi kata tulisan ini begitu yakin, dan yakin bahwa aku benar. Tetapi benar menurutku bisa salah menurut orang lain dan Allah. Jika aku berdiri di hadapan Allah dan Dia bertanya kepadaku, selama aku hidup apa yang sudah ku perbuat benar atau salah? Apa yang telah kau lakukan untuk mengabdi pada Tuhanmu yang telah menciptakanmu? Kau turuti perintah agamamu, ataukan kau turuti nafsumu?

Dari uraian diatas, kiranya kita bisa melihat fakta, betapa pentingnya mengetahui ilmu logika (mengetahui arti BENAR) , supaya kedepan kita tidak mudah untuk mengatakan yang ini ‘benar’ dan yang itu ’salah’ tanpa ada penjelasan apapun tentangnya.

Refferensi : http://parapemikir.com/salah-benar.html

http://www.mail-archive.com/filsafat@yahoogroups.com/msg00506.html

Batas Tanpa Batas

Otak manusia bisa memahami arti dari kata “batas.” Batas adalah pemisah, yang membagi sebuah teritori menjadi dua bagian: yang di dalam batas dan yang diluar batas. Kita hidup di bumi. Batas bumi adalah atmosfir yang ada disekeliling bumi. Di dalam atmosfir itu kita masih menyebutnya di dalam bumi. Di luar atmosfir itu kita sebut diluar bumi. Bumi ada di dalam sebuah galaxy. Galaxy ini pun memiliki batas, meskipun batas itu tidak selalu sebuah garis yang jelas.

Dapatkah manusia memahami keadaan tak terbatas? Tidak dapat. Bagi pikiran manusia, segala sesuatu pasti memiliki ujung / batas. Namun secara definisi, batas pasti memiliki sesuatu di luar batas. Ketakterbatasan menjadi tidak masuk di akal. Imajinasi manusia tidak sanggup memahaminya, tidak sanggup dalam arti sebenar2nya, bukan kiasan.

Di dalam batas adalah teritori kita, teritori yang kita kenal, yang kita miliki. Di dalam batas selalu ada sesuatu. Namun kita tahu bahwa di luar batas juga selalu ada sesuatu. Di luar batas bukanlah ketiadaan, namun sesuatu yang juga ada, yang belum kita kenal, yang bukan milik kita.

Di luar batas ada sesuatu. Namun ada masalah besar di sini. Ketika kita mendefinisikan sesuatu, maka sesuatu itu selalulah memiliki batas. Bahkan definisi itupun sebenarnya adalah sebuah batas. Sebutan yang kita gunakan selalu memiliki arti, atau mendefinisikan sesuatu. Arti atau definisi itu adalah batas, sehingga sesuatu yang memiliki sebutan selalu sesuatu yang terbatas. Setidaknya ia terbatas dalam persepsi atau imajinasi manusia. Sesuatu yang masih bisa dibayangkan manusia selalu memiliki batas. Sesuatu selalu terbatas.

Jadi kita mendapati situasi bahwa di luar batas selalu ada sesuatu. Dan sesuatu selalu memiliki batasnya sendiri. Jika demikian, batas dari sesuatu itu pasti menimbulkan adanya sesuatu yang lain diluar batas tersebut. Dan jika yg diluar batas itu adalah sesuatu, maka sesuatu itu akan memiliki batasannya lagi. Dan demikian seterusnya.

Jika diikuti terus, maka kita dapat menyimpulkan bahwa sebenarnya kita ini hidup dalam dunia yang tak terbatas. Tak terbatas bukan berarti tak diketahui batasnya, tapi memang tidak ada batasnya. Setiap batas akan menimbulkan sesuatu di luar batas tersebut, dan ini tidak akan pernah berakhir. Inilah kondisi tak terbatas.

Masalah yang timbul adalah: dapatkah manusia memahami keadaan tak terbatas? Tidak dapat. Bagi pikiran manusia, segala sesuatu pasti memiliki ujung / batas. Namun secara definisi, batas pasti memiliki sesuatu di luar batas. Ketakterbatasan menjadi tidak masuk di akal. Imajinasi manusia tidak sanggup memahaminya, tidak sanggup dalam arti sebenar2nya, bukan kiasan.

Seperti halnya alam semesta, kita tidak akan pernah menemukan batasnya karena alam semesta itu tak terbatas. Sejauh apapun kita pergi, ya ruang kosong yang mewadahi galaxy itulah yang kita temui. Ruang yang bukan ruang, karena seharusnya ruang sendiri adalah sesuatu yang terbatas. Yang tak terbatas sebenarnya bukan hanya tak dapat dipikirkan, namun juga tak terkatakan. Semua yang bisa dikatakan, pastilah terbatas. Dan ketika kita mengatakan tentang takketerbatasan, itu adalah sebuah usaha untuk memahami sesuatu yang tak terpahami dengan bahasa kita. Dan sebutan apapun yang kita berikan, tidaklah pernah cukup untuk mewadahi atau merepresentasikan Itu. Mungkin di sinilah titik temu kita dengan pemahaman2 mistis / sufis. Dalam kemungkinan ini, setidaknya kita menemukan bahwa kita berada pada ruang atau konteks terbesar / terluas yang ada. Dan konteks itu ternyata tidak masuk akal, karena ketakterbatasan adalah tidak masuk akal dan alam semesta yang menjadi konteks kita itu tak terbatas. Jadi eksistensi kita ini ternyata berada pada ketidakmasukakalan. Kemasukakalan yang kita temui dalam hidup kita ternyata berada pada dan hanya merupakan bagian kecil dari ketidakmasukakalan. Ini sama dengan mengatakan bahwa batas2 yang kita lihat dan kenal sebenarnya berada pada dan hanya merupakan bagian kecil dari ketidakterbatasan.

Jika kita membandingkan dunia imajinasi yang diciptakan oleh otak kita dengan diri kita, maka kita dapat mengatakan bahwa ada dunia imajinasi yang tak terbatas itu ada dalam diri kita yang terbatas. Ketidakterbatasan bisa ada dalam keterbatasan. Dan keterbatasan itu ada dalam ketidakterbatasan. Dan seterusnya.

Jadi dua kalimat yang bertentangan seperti “ketidakterbatasan ada dalam ketidakterbatasan” dan “ketidakterbatasan ada dalam keterbatasan” menjadi tidak bertentangan. Menjadi sama2 benar, meski hal ini tidak selalu jelas bagi semua orang. Karena keterbatasan kita hanya dapat melihatnya sebagai sesuatu yang bertentangan. Siapa tahu suatu saat kita bisa melihat hal2 yang saat ini dianggap bertentangan atau tidak masuk akal suatu saat menjadi bisa dimengerti.

1. Kesimpulan dari tulisan ini adalah ternyata kita ini hidup dalam ketidakterbatasan dan merupakan bagian kecil dari ketidakterbatasan, namun kita hanya mampu melihat batas2 dan memanipulasi serta mengeksploit ada yang ada di dalamnya. Di luar batas selalu ada batas yang lain. Ketika kita mencoba membayangkan kondisi ketidakterbatasan, maka otak kita menemui tembok buntu. Mandek. Imajinasi kita tidak mampu membayangkan ketidakterbatasan. Ketidakterbatasan menjadi sesuatu yang tidak masuk akal – tidak dapat dimasukkan dalam akal. Dan karena ketidakterbatasan adalah konteks besar dari eksistensi kita, maka kita dapat mengatakan bahwa sebenarnya kita hidup dalam ketidakmasukakalan. Hal-hal yang masuk akal yang kita mengerti sebenarnya ada dalam ketidakmasukakalan. Dan mungkin perlu bagi kita untuk lebih bertoleransi kepada ketidakmasukakalan. Batas dan relativitas ilmu pengetahuan bermuara pada filsafat, dalam arti bahwa semua permasalahan yang berada di luar atau di atas jangkauan dari ilmu pengetahuan itu diserahkanlah kepada filsafat untuk menjawabnya.

Refferensi : http://filsafat.kompasiana.com/2009/11/24/batas-dan-tanpa-batas/

Ontologi, Epistimologi dan Aksiologi Diriku

Ontologi, Epistimologi dan Aksiologi Diriku

Seorang berfilsafat dapat diumpamakan seorang yang berpijak di bumi sedang tengadah ke bintang-bintang. Dia ingin mengetahui hakikat dirinya dalam kemestaan galaksi. Atau seorang, yang berdiri di puncak tinggi, memandang ke ngarai dan lembah di bawahnya. Dia ingin menyimak kehadirannya dengan kemestaan yang ditatapnya. Karakeristik berfikir da yang pertama adalah sifat menyeluruh. Seorang ilmuwan tidak puas lagi mengenal ilmu dari segi pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin melihat hakikat ilmu dalam konstelasi pengetahuan yang lainnya. Dia ingin tahu kaitan ilmu dengan moral. Kaitan ilmu dengan agama. Dia ingin yakin apakah ilmu itu membawa kebahagiaan kepada dirinya.

Aku adalah seorang perempuan, Usiaku saat ini 24 tahun. Begitu pun usia anda yang sama denganku. Ketika aku melihat anak usia 5 tahun, maka di masa laluku di 19 tahun yang lalu sama dengan anak itu. Masih anak-anak. Agamaku muslim. Saat ini aku sedang menempuh kuliah pendidikan matematika di pasca sarjana UNY. Kutulis kata demi kata tulisan ini begitu yakin, dan yakin bahwa aku nyata. Saat ini aku masih menjadi beban kedua orang tuaku. Untuk saat ini orang tuaku hanya menginginkan aku belajar dengan baik dan secepatnya lulus dengan nilai yang bagus. Tugasku adalah belajar dan mencari ilmu lebih banyak lagi dan memanfaatkannya dengan baik. Ilmu yang di dapat bukan hanya untuk diriku tapi ingin ku bagikan kepada orang lain yang menginginkan ilmu yang sama atau lebih dari yang aku dapat dan ku punya. Saat ini belum banyak ilmu yang ku dapat, ilmuku masih sangat sedikit dan bisa dikatakan masih sangat kurang.

Setelah aku selesai kuliah, aku ingin mencari rizky dengan ilmu yang ku dapat. Aku ingin mengamalkan ilmu yang ku dapat dengan baik dan benar. Aku juga ingin berkeluarga dan mendapatkan suami yang bisa menjadi imam yang baik buat aku dan anak-anakku nantinya. Suami yang bisa jadi pendampingku di dunia dan di akhirat. Pasangan yang bisa saling meluruskan ketika kita mulai melenceng dari jalan yang di ridhoi Allah swt. Menjadi keluarga yang sakinah, mawadah dan warohmah. AMIN...

Selama ini aku sering bertanya kepada sahabat-sahabat dan orang-orang yang dekat denganku. Apakah sifat jelekku? Apakah yang kalian tidak suka dari diriku? Apakah kekuranganku? Aku sering bertanya seperti itu kepada mereka, tujuanku hanya ingin memperbaiki diriku agar lebih baik. Karna aku tidak bisa menilai diriku sendiri secara keseluruhan. Seperti pepatah lama “ Semut di pelupuk mata tak tampak, Gajah di tengah lautan nampak”. Dengan kata lain orang lebih tahu kesalahan orang lain daripada kesalahannya sendiri. Mungkin itulah Ontologi, Epistimologi dan Aksiologi Diriku yang bisa aku gambarkan. Kurang lebihnya mohon saran dan kritik. Trimakasih.

Refferensi : Jujun S. Suriasumantri, 2003 . Ilmu Dalam Perspektif : Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.